Thursday, March 9, 2017

Akhi...


pixabay



'installing' keterangan yang tertera pada playstore untuk pencarian aplikasi instagram.
Tak lama kemudian keterangan tersebut berganti menjadi 'open' dengan segera jemariku menekan pelan tombol  hijau tersebut dan muncullah instruksi untuk log in kembali ke akun instagram, setelah mengetik alamat email dan password muncullah ikon kotak merah dengan bulatan dan titik didalamnya (simbol instagram yang baru, 2017)
Ada puluhan notifikasi di akun tersebut, maklum saja karena sempat vakum hampir 2 bulan lamanya. Tapi bukan puluhan notifikasi itu yang menarik perhatianku, jemariku bergerak menuju ikon lup pembesar yang notabene adalah 'search' mengetikkan sebuah nama dan muncullah sebuah akun, milik seseorang yang hanya karena sempat bermimpi buruk tentangnya, membuatku akhirnya tergerak memutuskan untuk menggunakan smartphone kembali dan memastikan bahwa mimpiku salah.
Dan ini cerita tentang bagaimana orang tersebut bisa menjadi bagian dari memoriku bahkan mimpiku selama bertahun - tahun
2006,Kampus swasta di Jakarta
"baik, apa ada pertanyaan untuk tugas yang diberikan ?" seorang dosen kembali bertanya untuk yang kesekian kalinya pada seisi kelas yang sudah mulai menunjukkan wajah wajah lelah
"tidak bu" jawab mayoritas mahasiswanya, beberapa menunjukkan wajah siap menghantam kasur dirumah atau kosan bahkan, maklum ini adalah kelas malam dan kebanyakan dari mahasiswa yang mengikuti mata kuliah malam disini adalah mereka yang juga bekerja di pagi hingga sorenya, sehingga tentu saja banyak yang sudah lelah ketika mengikuti kuliah malam selepas bekerja, tak terkecuali aku juga sih, hanya saja profesiku sebagai guru masih memungkinkan untuk sejenak beristirahat sebelum mengikuti mata kuliah di sore dan malam hari, Ya paling tidak selepas mengajar siang hari aku masih bisa selonjoran dan rebahan di masjid kampus sambil menunggu ashar untuk kemudian baru memulai kelas di Jam 4 sore atau 6.30 selepas magrib.
Usiaku usia normal untuk kuliah, tapi aku sudah bekerja sejak lulus sekolah menengah dan tetap bekerja agar bisa kuliah, dan kebetulan di kampusku ini sistem paket KRS yang bisa dipilih sendiri jadwalnya secara online saat memasuki semester kedua. Dan aku mengambil mata kuliah sore dan malam agar tetap dapat bekerja di pagi harinya. Tidak peduli meski aku jadi tidak bisa bertemu kawan kawanku di semester satu lalu bertemu dengan mahasiswa mahasiswa Lama atau yang lebih tua dariku di kelas malam, dan mahasiswa yang hadir acapkali berbeda orang dan jumlah di tiap pertemuannya sehingga aku hampir tidak bisa menghafal dan mengingat teman sekelasku, itulah akhirnya aku tidak memiliki kawan yang benar benar akrab di semester dua ini sejak mengikuti mata kuliah sore dan malam hari, dan anehnya akupun tidak terlalu peduli dengan itu, mungkin karena aku sudah tidak punya banyak waktu, pagi ke siang bekerja di sekolahan lalu ke kampus jika ada kuliah sore dan lanjut kuliah malam hingga pukul 9 pulang kerumah sudah pukul 10 setelah menyelesaikan pekerjaan rumah aku baru bisa tidur dan harus bangun pagi  pagi untuk bekerja, hidupku benar benar padat sebagai gadis muda 18tahun ketika itu.
Dan ini adalah salah satu kelas malam yang aku ikuti dengan mata kuliah ilmu komunikasi part 2 (setelah pengantar di semester 1 ) siswanya tidak banyak hanya 20an mahasiswa.
Setelah memastikan Bahwa mahasiswanya mengerti dengan tugas yang diberikan, sang dosen mengucapkan salam mengakhiri kelas Dan? meninggalkan ruang kelas Dan diikuti beberapa  mahasiswanya. 
"syukurlah akhirnya kelar juga urusan hari ini, ya Allah pengen cepet ketemu kasur deh rasanya" batinku sambil memasukkan binder kuliah ke tas. Lalu beranjak keluar kelas yang berada di basement sehingga perlu mengerahkan sisa energi hari itu untuk menaiki tangga ke atas lalu keluar gedung. Oia aku tidak bertegur sapa dengan teman sekelasku ya karena memang tidak terlalu saling kenal begitulah kuliah kelas malam di kampusku. Sekeluarnya dari gedung aku masih harus menyusuri koridor luar gedung baru saja kaki ini akan berbelok ke kiri menuju koridor tiba tiba
"ukhti, intadzir " seperti ada satu suara menggunakan bahasa Arab, reflek aku menajamkan indra pendengaranku, "siapa yang berbahasa arab di kampus liberal ini ya kira - kira?" Pikirku. Gak mungkin ada yang sealmamater high school kuliah disini, no way, aku udah cek ke bagian akademik ketika mendaftar di kampus ini bahkan bahwa aku satu satunya alumni sekolah menengahku yg kuliah di angkatan 2005 lalu " pikirku sambil celingukan mencari sumber suara " eh tapi kan belom tentu manggil gue juga kali, Gila geer banget sih gue" batinku kembali sambil tersenyum sendiri lalu berniat melanjutkan langkahku menuju koridor
"ukhti... Cimel"  Suara itu lagi namun kali ini aku berhenti "no way, someone call me with that very personal nickname. Omaigat siapa sih?  Masa ada alumni juga disini" tiba tiba jantungku berdebar keras antara khawatir, terkejut,  namun penasaran luar biasa. Kutarik nafas agak dalam lalu memutuskan untuk membalikkan badanku dan muncullah sesosok pria oh sorry he is still a young male not yet a gentleman, seorang mahasiswa sedikit Tergesa menuju ke arahku
"tu cowo manggil gue beneran? Siapa y? " pikirku dengan tidak yakin

Monday, March 6, 2017

RP - A Memory of Doclang



pic; HelloBogor
Doclang adalah salah satu makanan khas kota Bogor, tidak sedikit yang menyukai makanan ini, tak hanya dapat disantap sebagai sarapan namun ternyata nikmat juga disantap malam hari atau bahkan dini hari seperti yang pernah saya lakukan pada akhir pekan lalu.
Setelah melakukan beberapa pekerjaan yang kebetulan baru selesai pada tengah malam saya dan partner memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum pulang, meluncurlah kami menuju kawasan Merdeka Bogor yang dapat  dilalui jika dari jalan raya pajajaran dan menuju istana bogor dengan sistem satu arah (SSA)  belok kiri sebelum Mc. Donald melalui jalan Paledang hingga ke stasiun Bogor ambil arah kiri dan lurus saja setelah melewati jembatan merah. Kita akan menemukan masih banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya terutama kuliner, dan believe it or not suasana saat itu masih terbilang ramai untuk pukul 00.30 dengan cuaca sedikit rintik hujan.
Jajaran motor terparkir rapi di tepi jalan ok lebih tepatnya di pinggir trotoar, beberapa diantaranya terlihat juga beberapa mobil dengan beragam plat nomor jika saya perhatikan mulai dari plat F (plat tuan rumah, Bogor) B,  D,  Z,  bahkan AL, dan tentu saja tak ada keramaian tanpa juru parkir untuk di kawasan inipun beberapa abang juru parkir sibuk mengatur tatanan parkir kendaraan, menjaganya, dan bahkan sesekali mengatur lalu lintas yaa meski dini hari tapi di merdeka seperti masih Jam 7 malam terlebih di akhir pekan awal bulan.
Entah terinspirasi apa partner saya tiba - tiba mengusulkan untuk makan doclang, bak pucuk dicinta ulampun tiba saya happy sekali dengan ide tersebut dan makin sumringah saat menemukan satu spot penjual 'Doclang & kupat tahu' yang masih buka dan bahkan ramai pembeli. Tempatnya sederhana hanya semacam gerobak etalase dan 2 buah bangku panjang yang berdempetan dengan sebuah warung kecil. Tapi biar kecil 2 bangku kayu tersebut full terisi pembeli yang dine in (makan ditempat) meski sempat ragu untuk makan berat di jam yang tak seharusnya namun godaan doclang ini berhasil juga membuat saya memutuskan untuk makan karbo dini hari hahaha kebetulan sudah lama juga tidak menyantap makanan khas Bogor yang satu ini,  and lucky me karena ketika memesan ada sekelompok pembeli yang telah beranjak dari 1 bangku panjang disana. Sehingga saya dan partner mendapat tempat yang lumayan nyaman untuk makan meski sebenarnya posisi tersebut adalah di trotoar jalan merdeka tepat di tepi jalan raya.
Sambil memperhatikan abang penjual menyiapkan pesanan - pesanan dengan cekatan saya teringat memory pertama kali makan doclang ini di tahun 2006 akhir ketika menyambangi radio penyiaran publik di Bogor (tau dong satu satunya lembaga resmi radio pemerintah yang ada seindonesia, LOL) ketika itu salah satu penyiarnya (penulis buku ZODIAC DATE dan penyiar salah satu radio Swasta di Jakarta, saat ini)  membujuk agar mau makan hidangan yang dia Beli sambil mempresentasikan tentang makanan yang disebut doclang tersebut layaknya seorang sales advisor meyakinkan pelanggannya hahaha
Yaa wajar saja kan jika mulanya saya menolak karena memang baru pertama kali bertemu lalu ditawari makanan yang saya belum tahu history - nya hahaha tapi akhirnya setelah diyakinkan dengan beragam penjelasan saya habiskan juga satu piring doclang yang dijual seorang abang doclang keliling, that's my first time lunch with a 'strangers' hahaha (good and handsome stranger untungnya LOL) . waktu itu untuk sepiring doclang harganya hanya 3000 rupiah membuat saya makin amaze terhadap makanan tersebut sayangnya memang ternyata hanya ada di Bogor dan tidak banyak penjualnya.
Itulah kenapa penjual Doclang di kawasan merdeka ini ramai pembeli meski Jam bukanya baru dimulai petang hari namun banyak orang yang datang bahkan lewat tengah malam untuk membeli kuliner yang satu ini.
Untuk Doclang sendiri sebenarnya terdiri dari : ketupat, tahu yang tidak digoreng kering, saus kacang yang menyerupai saus sate padang namun tanpa lada dan pala, tambahannya telur ayam rebus, krupuk bawang lalu beri taburan bawang goreng dan juga sedikit kecap manis serta sambal jika ingin rasa pedas. Uniknya penjual doclang di kawasan merdeka ini tidak menggunakan ketupat berbentuk layang-layang yang dibungkus janur atau daun kelapa melainkan persegi panjang dengan bungkus lembaran daun ganyong atau semacam talas umbi, dan nantinya lembaran daun bekas ketupat itu digunakan untuk pembungkus pesanan yang take away, menarik bukan!
Soal pelayanan cukup cepat meski kadang antrian pengunjung yang take away juga banyak, abang penjualnya meski belum begitu tua namun sangat gesit menyusun doclang pesanan di piring ataupun di lembaran daun ganyong.
Untuk rasanya bagi saya pribadi yang menyukai kuliner tradisional sih enak dan nikmat juga disantap dalam suasana dingin, tidak perlu waktu lama bagi saya untuk menghabiskan sepiring doclang selain enak rasa pada sausnya cukup bersahabat di lidah dan nyaman di perut (hal penting dari mengkonsumsi makanan)
Harganya?  Tidak perlu khawatir meski mengenyangkan tapi untuk seporsi doclang di kawasan merdeka dihargai 10000 Rupiah jika memakai tambahan telur rebus, jika tanpa telur 8000 Rupiah. Dan dapat minum segelas teh tawar hangat (2017)
Untuk parkir di kawasan ini meski ramai namun cukup aman, untuk motor masih 2000 dan mobil sekitar 5000 biasanya  (tahun 2017) lokasi juga mudah dijangkau. Dan konon bahkan bisa tetap ramai sampai pagi.
Selesai makan dan membayar pesanan masih banyak pelanggan berdatangan bahkan ada yang masih menunggu kawannya sampai di stasiun bogor lalu makan doclang bersama.
well, saya jadi berfikir bagaimana bisa mereka tetap tertarik pada kuliner sederhana yang mulai tergerus pola gaya hidup dengan makanan yang lebih modern atau instagramable (yg cucok buat dipamerin di akun instagram biar dpt like banyak hehe), atau mungkin mereka juga seperti saya having a good memory of Doclang, How about you, tertarik untuk create some memory juga? Just try it 
*no pics bukan berarti hoax, u have to come n taste it by ur self to prove my words ✌
(originally written by RP)

Reuni 2 Dekade Alumni Pondok Modern Gontor Putri 2004 di Solo, Jawa Tengah

Pesantren Putri Pondok Modern Darussalam Gontor yang diresmikan sejak 1990, telah meluluskan banyak santriwati yang berkiprah di masyarakat....