pixabay |
'installing' keterangan yang tertera pada playstore untuk pencarian aplikasi instagram.
Tak lama kemudian keterangan tersebut berganti menjadi 'open' dengan segera jemariku menekan pelan tombol hijau tersebut dan muncullah instruksi untuk log in kembali ke akun instagram, setelah mengetik alamat email dan password muncullah ikon kotak merah dengan bulatan dan titik didalamnya (simbol instagram yang baru, 2017)
Tak lama kemudian keterangan tersebut berganti menjadi 'open' dengan segera jemariku menekan pelan tombol hijau tersebut dan muncullah instruksi untuk log in kembali ke akun instagram, setelah mengetik alamat email dan password muncullah ikon kotak merah dengan bulatan dan titik didalamnya (simbol instagram yang baru, 2017)
Ada puluhan notifikasi di akun tersebut, maklum saja karena sempat vakum hampir 2 bulan lamanya. Tapi bukan puluhan notifikasi itu yang menarik perhatianku, jemariku bergerak menuju ikon lup pembesar yang notabene adalah 'search' mengetikkan sebuah nama dan muncullah sebuah akun, milik seseorang yang hanya karena sempat bermimpi buruk tentangnya, membuatku akhirnya tergerak memutuskan untuk menggunakan smartphone kembali dan memastikan bahwa mimpiku salah.
Dan ini cerita tentang bagaimana orang tersebut bisa menjadi bagian dari memoriku bahkan mimpiku selama bertahun - tahun
Dan ini cerita tentang bagaimana orang tersebut bisa menjadi bagian dari memoriku bahkan mimpiku selama bertahun - tahun
2006,Kampus swasta di Jakarta
"baik, apa ada pertanyaan untuk tugas yang diberikan ?" seorang dosen kembali bertanya untuk yang kesekian kalinya pada seisi kelas yang sudah mulai menunjukkan wajah wajah lelah
"tidak bu" jawab mayoritas mahasiswanya, beberapa menunjukkan wajah siap menghantam kasur dirumah atau kosan bahkan, maklum ini adalah kelas malam dan kebanyakan dari mahasiswa yang mengikuti mata kuliah malam disini adalah mereka yang juga bekerja di pagi hingga sorenya, sehingga tentu saja banyak yang sudah lelah ketika mengikuti kuliah malam selepas bekerja, tak terkecuali aku juga sih, hanya saja profesiku sebagai guru masih memungkinkan untuk sejenak beristirahat sebelum mengikuti mata kuliah di sore dan malam hari, Ya paling tidak selepas mengajar siang hari aku masih bisa selonjoran dan rebahan di masjid kampus sambil menunggu ashar untuk kemudian baru memulai kelas di Jam 4 sore atau 6.30 selepas magrib.
Usiaku usia normal untuk kuliah, tapi aku sudah bekerja sejak lulus sekolah menengah dan tetap bekerja agar bisa kuliah, dan kebetulan di kampusku ini sistem paket KRS yang bisa dipilih sendiri jadwalnya secara online saat memasuki semester kedua. Dan aku mengambil mata kuliah sore dan malam agar tetap dapat bekerja di pagi harinya. Tidak peduli meski aku jadi tidak bisa bertemu kawan kawanku di semester satu lalu bertemu dengan mahasiswa mahasiswa Lama atau yang lebih tua dariku di kelas malam, dan mahasiswa yang hadir acapkali berbeda orang dan jumlah di tiap pertemuannya sehingga aku hampir tidak bisa menghafal dan mengingat teman sekelasku, itulah akhirnya aku tidak memiliki kawan yang benar benar akrab di semester dua ini sejak mengikuti mata kuliah sore dan malam hari, dan anehnya akupun tidak terlalu peduli dengan itu, mungkin karena aku sudah tidak punya banyak waktu, pagi ke siang bekerja di sekolahan lalu ke kampus jika ada kuliah sore dan lanjut kuliah malam hingga pukul 9 pulang kerumah sudah pukul 10 setelah menyelesaikan pekerjaan rumah aku baru bisa tidur dan harus bangun pagi pagi untuk bekerja, hidupku benar benar padat sebagai gadis muda 18tahun ketika itu.
"tidak bu" jawab mayoritas mahasiswanya, beberapa menunjukkan wajah siap menghantam kasur dirumah atau kosan bahkan, maklum ini adalah kelas malam dan kebanyakan dari mahasiswa yang mengikuti mata kuliah malam disini adalah mereka yang juga bekerja di pagi hingga sorenya, sehingga tentu saja banyak yang sudah lelah ketika mengikuti kuliah malam selepas bekerja, tak terkecuali aku juga sih, hanya saja profesiku sebagai guru masih memungkinkan untuk sejenak beristirahat sebelum mengikuti mata kuliah di sore dan malam hari, Ya paling tidak selepas mengajar siang hari aku masih bisa selonjoran dan rebahan di masjid kampus sambil menunggu ashar untuk kemudian baru memulai kelas di Jam 4 sore atau 6.30 selepas magrib.
Usiaku usia normal untuk kuliah, tapi aku sudah bekerja sejak lulus sekolah menengah dan tetap bekerja agar bisa kuliah, dan kebetulan di kampusku ini sistem paket KRS yang bisa dipilih sendiri jadwalnya secara online saat memasuki semester kedua. Dan aku mengambil mata kuliah sore dan malam agar tetap dapat bekerja di pagi harinya. Tidak peduli meski aku jadi tidak bisa bertemu kawan kawanku di semester satu lalu bertemu dengan mahasiswa mahasiswa Lama atau yang lebih tua dariku di kelas malam, dan mahasiswa yang hadir acapkali berbeda orang dan jumlah di tiap pertemuannya sehingga aku hampir tidak bisa menghafal dan mengingat teman sekelasku, itulah akhirnya aku tidak memiliki kawan yang benar benar akrab di semester dua ini sejak mengikuti mata kuliah sore dan malam hari, dan anehnya akupun tidak terlalu peduli dengan itu, mungkin karena aku sudah tidak punya banyak waktu, pagi ke siang bekerja di sekolahan lalu ke kampus jika ada kuliah sore dan lanjut kuliah malam hingga pukul 9 pulang kerumah sudah pukul 10 setelah menyelesaikan pekerjaan rumah aku baru bisa tidur dan harus bangun pagi pagi untuk bekerja, hidupku benar benar padat sebagai gadis muda 18tahun ketika itu.
Dan ini adalah salah satu kelas malam yang aku ikuti dengan mata kuliah ilmu komunikasi part 2 (setelah pengantar di semester 1 ) siswanya tidak banyak hanya 20an mahasiswa.
Setelah memastikan Bahwa mahasiswanya mengerti dengan tugas yang diberikan, sang dosen mengucapkan salam mengakhiri kelas Dan? meninggalkan ruang kelas Dan diikuti beberapa mahasiswanya.
"syukurlah akhirnya kelar juga urusan hari ini, ya Allah pengen cepet ketemu kasur deh rasanya" batinku sambil memasukkan binder kuliah ke tas. Lalu beranjak keluar kelas yang berada di basement sehingga perlu mengerahkan sisa energi hari itu untuk menaiki tangga ke atas lalu keluar gedung. Oia aku tidak bertegur sapa dengan teman sekelasku ya karena memang tidak terlalu saling kenal begitulah kuliah kelas malam di kampusku. Sekeluarnya dari gedung aku masih harus menyusuri koridor luar gedung baru saja kaki ini akan berbelok ke kiri menuju koridor tiba tiba
"ukhti, intadzir " seperti ada satu suara menggunakan bahasa Arab, reflek aku menajamkan indra pendengaranku, "siapa yang berbahasa arab di kampus liberal ini ya kira - kira?" Pikirku. Gak mungkin ada yang sealmamater high school kuliah disini, no way, aku udah cek ke bagian akademik ketika mendaftar di kampus ini bahkan bahwa aku satu satunya alumni sekolah menengahku yg kuliah di angkatan 2005 lalu " pikirku sambil celingukan mencari sumber suara " eh tapi kan belom tentu manggil gue juga kali, Gila geer banget sih gue" batinku kembali sambil tersenyum sendiri lalu berniat melanjutkan langkahku menuju koridor
"ukhti... Cimel" Suara itu lagi namun kali ini aku berhenti "no way, someone call me with that very personal nickname. Omaigat siapa sih? Masa ada alumni juga disini" tiba tiba jantungku berdebar keras antara khawatir, terkejut, namun penasaran luar biasa. Kutarik nafas agak dalam lalu memutuskan untuk membalikkan badanku dan muncullah sesosok pria oh sorry he is still a young male not yet a gentleman, seorang mahasiswa sedikit Tergesa menuju ke arahku
"tu cowo manggil gue beneran? Siapa y? " pikirku dengan tidak yakin
"syukurlah akhirnya kelar juga urusan hari ini, ya Allah pengen cepet ketemu kasur deh rasanya" batinku sambil memasukkan binder kuliah ke tas. Lalu beranjak keluar kelas yang berada di basement sehingga perlu mengerahkan sisa energi hari itu untuk menaiki tangga ke atas lalu keluar gedung. Oia aku tidak bertegur sapa dengan teman sekelasku ya karena memang tidak terlalu saling kenal begitulah kuliah kelas malam di kampusku. Sekeluarnya dari gedung aku masih harus menyusuri koridor luar gedung baru saja kaki ini akan berbelok ke kiri menuju koridor tiba tiba
"ukhti, intadzir " seperti ada satu suara menggunakan bahasa Arab, reflek aku menajamkan indra pendengaranku, "siapa yang berbahasa arab di kampus liberal ini ya kira - kira?" Pikirku. Gak mungkin ada yang sealmamater high school kuliah disini, no way, aku udah cek ke bagian akademik ketika mendaftar di kampus ini bahkan bahwa aku satu satunya alumni sekolah menengahku yg kuliah di angkatan 2005 lalu " pikirku sambil celingukan mencari sumber suara " eh tapi kan belom tentu manggil gue juga kali, Gila geer banget sih gue" batinku kembali sambil tersenyum sendiri lalu berniat melanjutkan langkahku menuju koridor
"ukhti... Cimel" Suara itu lagi namun kali ini aku berhenti "no way, someone call me with that very personal nickname. Omaigat siapa sih? Masa ada alumni juga disini" tiba tiba jantungku berdebar keras antara khawatir, terkejut, namun penasaran luar biasa. Kutarik nafas agak dalam lalu memutuskan untuk membalikkan badanku dan muncullah sesosok pria oh sorry he is still a young male not yet a gentleman, seorang mahasiswa sedikit Tergesa menuju ke arahku
"tu cowo manggil gue beneran? Siapa y? " pikirku dengan tidak yakin