Topeng cisalak yang merupakan salah satu teater rakyat yang
terdiri dari unsur musik, tari, dan drama. Kesenian ini dikenal hidup dan
berkembang di budaya Betawi.
Mengalami perjalanan yang cukup panjang sejak era penjajahan
di Indonesia, Dulu kala kesenian ini menjadi salah satu favorit di kalangan
masyarakat pribumi Depok khususnya. Dan salah satu Rombongan penggiat kesenian
tersebut yang cukup terkenal berdomisili di Cisalak, Depok. Bermula dari
pasangan H. Djiun dan mak Kinang yang melestarikan kesenian tersebut dan
membesarkannya sehingga dikenal sebagai generasi pertama Topeng Cisalak.
Namun terlalu panjang rasanya jika saya menceritakan tentang
perjalanan Topeng Cisalak ini ( akan saya ceritakan di bagian lain y) jadi kali
ini saya akan berbagi tentang seseorang yang saat ini masih menjadi seniman
pelestari kesenian topeng Cisalak ini yang saat ini hanya dipertunjukkan di
unsur tari dan bukanlah sebagai teater rakyat karena kondisi pola budaya
masyarakat yang juga telah bergeser saat ini.
Beliau adalah ibu Kartini Kisam, lahir di Cijantung Jakarta
Timur 5 Maret 1960 sebagai anak dari H. Kisam Djiun (putra H. Djiun – Mak Kinang)
dan ibu Nasah. Lahir dan dibesarkan di keluarga seniman tak serta merta membuat
Kartini kecil langsung tertarik untuk naik panggung sebagaimana ibu dan
neneknya, Kartini lebih banyak menghabiskan waktu dengan kakek neneknya karena
ibunya meninggal ketika ia berusia 7 tahun. Mulanya Kartini hanya menyaksikan
ayah ibunya, kakek neneknya mementaskan Topeng Cisalak dari tepi panggung,
barulah tak lama setelah ibunya meninggal ia mulai mempelajari Tari topeng
Cisalak dari neneknya langsung Mak Kinang sang maestro tari topeng Betawi pada
masa itu.
Pada tahun 1973 menjadi awal perjalanan panjang Kartini
memilih karir yang ia tekuni hingga saat ini, Kartini tampil untuk pertama
kalinya pada Pagelaran kesenian Bandung, Jawa Barat. Ketika itu ia menggantikan
sang nenek yang jatuh sakit dan tidak dapat tampil, bermodal kepercayaan diri
dan keyakinan sebagai pewaris Kartini tampil untuk pertama kalinya pada sebuah
Pagelaran Besar pada masa itu. Dan ternyata penampilannya mendapat apresiasi
yang luar biasa dan membuat Kartini semakin yakin untuk menggeluti tari Topeng
dan melestarikannya. Ia memutuskan untuk menggeluti tarian topeng tersebut
meskipun karena kesibukannya itulah akhirnya ia terpaksa mengundurkan diri dari
pendidikan sekolah formalnya.
Jam terbang yang semakin tinggi membuatnya semakin banyak
berlatih dan mematangkan kemampuannya menampilkan Topeng Betawi, tak hanya
didalam negeri seperti Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, dan Nusa Tenggara, ia
bahkan telah melanglang buana ke mancanegara dengan tariannya seperti ke
Hongkong (1981), Singapura (1985), Nigeria, dan Mesir (1997).
Saat ini meskipun Topeng Kinang atau Topeng Cisalak sudah
tak semasyhur zaman dulu namun Kartini masih giat mengajarkannya di sanggar
milik keluarga Sanggar seni Ratna Sari. Uniknya meski ia tidak tamat Sekolah
Dasar namun ia dapat mengajar mulai dari jenjang anak-anak di sejumlah sekolah hingga
perguruan tinggi, seperti menjadi dosen tamu di Universitas Negeri Jakarta dan
Institut Kesenian Jakarta. Selain itu ia juga mengajar di sejumlah sanggar
senidan Balai Kesenian Jakarta.
Kerja keras Kartini mengembangkan kesenian Tari Topeng
Betawi dianugerahi beberapa penghargaan diantaranya:
-
Penghargaan Anugerah Budaya dari Gubernur DKI
Jakarta (2005)
-
Anugerah Maestro Seniman Topeng Betawi dari
Dirjen Kebudayaan, Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan RI (2008)
-
Maestro Topeng Betawi dan Seniman tari
tradisi dari Gubernur DKI Jakarta Fauzi
Bowo (2012)
Kedepannya semoga Kartini Kartini sripanggung Topeng Cisalak
/ Topeng Betawi lainnya akan ada dari generasi berikutnya untuk melestarikan
budaya bangsa yang semakin tergerus zaman ini.
(referensi ; Materi Seminar kesenian Kota Depok 22 Desember
2016)
Bu Kartini sebagai pembicara di Seminar Seni Depok |