Pixabay |
Siapa yang tidak kenal dengan Mi dan pasta? Bahan pangan yang sangat populer di seluruh belahan bumi ini. Selain praktis diolah menjadi beragam hidangan, mi dan pasta juga mudah didapat. Harganya relatif murah dan terjangkau, serta kandungan karbohidratnya tinggi sehingga dapat menjadi alternatif sumber kalori pengganti nasi. Konsumsi mi dan pasta cenderung meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut bisa jadi seiring dengan pola hidup masyarakat modern yang menuntut ketersediaan bahan pangan yang praktis dan cepat penyajiannya, sehingga mi dan pasta menjadi pilihan. Selain itu citarasanya yang netral mudah dipadupadankan dengan beragam bahan lain menjadi hidangan yang lezat, bentuknya yang menarik dan khas membuat bahan pangan satu ini mudah diterima semua kalangan, baik tua maupun muda.
Mi adalah salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia, khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mi pertama kali dibuat di daratan Cina sekitar 2000 tahun lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han. Lalu berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan, dan negara – negara Asia Tenggara, bahkan meluas ke benua Eropa. Sesungguhnya seni mengiling gandum telah lebih dulu berkembang di Timur Tengah, seperti di Mesir dan Persia. Jadi dapat dikatakan juga bahwa mi yang berupa lembaran – lembaran tipis mulanya berkembang dan diajarkan di sana.
Di benua Eropa, mi mulai dikenal setelah Marcopolo berkunjung ke daratan Cina dan membawa pulang mi. Namun pada perkembangannya di Eropa mi berubah menjadi pasta sebagaimana yang kita kenal saat ini. Di Eropa mi dikenal dengan sebutan Noodle yang diyakini dari bahasa latin ‘Nodus’ yang berarti kusut.
Pada Awal pembuatannya mi diproduksi secara manual, baru pada tahun 700-an sejarah mencatat terciptanya mesin pembuat mi berukuran kecil dengan menggunakan alat mekanik. Evolusi alat produksi mi berkembang pesat setelah T. Masaki pada tahun 1854 berhasil membuat mesin pembuat mi secara mekanik yang mampu memproduksi mi secara massal. Sejak saat itu mi mengalami banyak perkembangan, seperti di Cina sendiri mulai diproduksi mi instan yang dikenal dengan nama Chicken Ramen dan di Jepang muncul Saparo Ramen (1962).
Jenis – Jenis Mi
Secara umum mi dapat digolongkan menjadi 2 ; mi kering dan mi basah. Dilihat dari bahan dasarnya, mi dapat dibuat dari berbagai macam tepung, seperti tepung terigu, tepung tang min, tepung beras, tepung kanji, dan tepung kacang hijau.
Pada prinsipnya mi dibuat dari bahan dan metode yang sama, tetapi di pasaran dikenal beragam jenis mi berdasarkan tingkat kematangannya, berikut diantaranya:
- Mi Segar
Mi segar atau mi mentah ( raw chinese noodle) adalah mi yang tidak mengalami pengolahan lanjutan baik dikukus, direbus, ataupun digoreng. Mi mentah mengandung air yang sangat tinggi, yaitu sekitar 35%. Mi segar biasanya dijual dengan taburan tepung terigu agar tidak saling menempel satu sama lain. Mi jenis ini hanya mampu bertahan selama 1 hari karena kandungan airnya yang tinggi. Mi segar bagus digunakan untuk bahan baku mi ayam
- Mi basah
Mi basah ( boiled noodle ) adalah mi yang dijual dalam keadaan basah. Tekstur yang basah disebabkan proses perebusan setelah dibentuk atau dicetak, setelah itu mi didinginkan, dikemas, dan dipasarkan. Contoh mi basah adalah mi kuning atau mi bakso, kandungan airnya sekitar 52% karena itulah mi mudah rusak dan hanya bertahan selama 40 jam.
- Mi kering
Mi kering ( steam & fried noodle ) atau disebut juga mi telur karena dalam proses pembuatannya ditambahkan telur segar atau tepung telur. Mi kering berwarna kuning karena kandungan telurnya. Setelah dibentuk atau cetak, mi biasanya dijemur atau dioven terlebih dahulu hingga kering lalu dikemas dan dipasarkan. Mi jenis ini memiliki daya tahan lebih lama karena kandungan airnya rendah, hanya 13%. Mi kering sering dikonsumsi sebagai bahan baku mi rebus atau mi goreng.
- Mi instan
Mi instan ( instan noodle ) bisa jadi adalah yang paling populer diantara jenis mi lain bagi kalangan masyarakat kita. Selain praktis dan cepat mi jenis ini juga tahan disimpan lama karena kandungan airnya hanya 5 – 8 %. Proses pembuatannya, setelah mi dibentuk, mi biasanya dikeringkan dengan cara digoreng atau dipanaskan. Jadi mi sebenarnya sudah matang, maka hanya dengan merebusnya selama 3-4 menit mi instan sudah matang dan dapat dimakan, mi instan biasanya diolah menjadi mi rebus atau mi goreng. Dan dengan harga yang relatif sangat terjangkau.
Kandungan Gizi mi
Mi mengandung karbohidrat, dapat menjadi alternatif pengganti nasi sebagai sumber kalori. Dalam 100g mi kering terkandung energi 338kal, protein 7.6g , lemak 11.8g, karbohidrat 50.0g, mineral 1.7mg dan kalsium 49mg. Ditilik dari kandungan gizinya kandungan kalori mi tidak setinggi nasi.
Berikut beberapa tips agar mi basah lebih awet
1. Perhatikan sanitasi dan kehiegenisan bahan, alat pembuat, dan orang yang membuat mi agar terhindar dari pencemaran mikroorganisme pembusuk.
2. Gunakan air matang untuk membuat mi karena air matang akan membuat mi lebih awet
3. Mi basah hanya bertahan 12-40 jam agar lebih awet tambahkan bahan pengawet makanan yang diijinkan departemen kesehatan seperti ; natrium benzoat 0.05% , ca-propinat 0.075% , na-asetat 0.5% , atau parabean 0.025%
4. Simpan mi basah dalam suhu dingin. Menyimpan dalam suhu dingin akan menghambat perkembangan mikroorganisme sehingga mi bisa tahan lama.
5. Jangan membiarkan mi di tempat terbuka terlalu lama, selain mudah tercemar mikroba, mi juga dapat menjadi kering dan menurunkan kualitas.
Tips mengolah mi
1. Jika membeli mi dalam kemasan perhatikan tanggal kadaluarsanya, keutuhan kemasan, dan nomer register dari BPOM.
2. Rebus mi kering atau mi instan dalam air banyak atau mi terendam dan air mendidih. Waktu yang digunakan sekitar 4-5 meni, angkat, tiriskan. Mi siap digunakan sesuai kebutuhan.
3. Mi basah tinggi akan kandungan air sehingga sangat mudah rusak. Jenis mi ini hanya tahan dalam waktu satu hari
4. Agar mi tidak saling menempel setelah direbus tanbahkan sedikit minyak aduk rata.
5. Cara enyimpan sebelum diolah kemas mi dalam wadah tertutup rapat di dalam kulkas agar mi tidak kering dan lebih awet
6. Untuk jenis mi yang tidak perlu dimasak atau hanya diseduh dengan air panas / dingin jangan menyeduh terlalu lama karena tekstur akan menjadi hancur dan menurunkan kualitas.
7. Jangan merebus atau memasak mi terlalu lama tekstur mi akan lunak dan hilang kekenyalan.
( RP dari berbagai sumber salah satunya buku Variasi Mi & pasta karya Budi Sutomo )
No comments:
Post a Comment